Sumber gambar : Freepik
Nilai –
Nilai Yang Berlaku di Masyarakat | Ulasan Lengkap Materi Sosiologi
Nilai-nilai sosial adalah prinsip, patokan-patokan,
anggapan, maupun keyakinan-keyakinan yang berlaku di suatu masyarakat. Di dalam
masyarakat, ada patokan-patokan yang perlu dipatuhi, dianggap baik, benar, dan
berharga bagi warga masyarakat. Patokan-patokan itu tidak tertulis, namun hidup dalam alam pikiran setiap warga masyarakat. Setiap
generasi mewarisi nilai sosial dari generasi sebelumnya. Kapan terbentuknya
setiap nilai social tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, suatu prinsip
atau patokan berperilaku dianggap telah menjadi nilai sosial apabila seluruh
warga masyarakat menyepakatinya. Nilai sosial yang telah diakui, disepakati dan
dipatuhi bersama oleh suatu kelompok masyarakat secara sosial bersifat
mengikat.
Banyak sekali nilai sosial yang berkembang di suatu
masyarakat. Nilai-nilai itu diperlukan untuk mengatur hubungan antarwarga masyarakat.
Semakin berkembang suatu masyarakat, nilai-nilai sosialnya pun berubah.
Perubahan nilai sering disebut juga pergeseran nilai. Berikut ini, akan dijelaskan nilai gotong royong dalam masyarakat kita.
Bagaimana nilai itu mengatur kehidupan warga masyarakat, dan perubahan (pergeseran) apa yang
terjadi.
Masyarakat tradisional Indonesia pada umumnya menganut prinsip gotong royong. Misalnya, kegiatan bersih desa, memperbaiki saluran irigasi pertanian, atau
membangun jalan-jalan di perkampungan, bahkan kegiatan membangun rumah di
desa-desa masih dikerjakan secara bergotong royong. Di Jawa Tengah, hal ini
dikenal dengan istilah sambatan. Hanya pekerjaan khusus seperti tukang kayu dan
tukang batu yang dibayar. Orang kota mewujudkan nilai gotong royong dalam bentuk lain. Di lingkungan kerja mereka yang sibuk, pada umumnya selalu ada pengumpulan dana sukarela secara
rutin. Dana itu digunakan untuk membantu warga kelompok yang sedang kesusahan.
Kesibukan orang kota yang bekerja di sektor formal membuat nilai gotong royong
berubah bentuk. Walaupun makna dasarnya sama, namun kadar dan bentuknya
berbeda. Pergeseran nilai gotong royong berhubungan dengan sifat masyarakat kota yang praktis, efisien,
dan cenderung individualistik.
Nilai sosial ada dalam setiap kehidupan manusia,
baik sebagai pribadi maupun dalam masyarakat. Setiap masyarakat memiliki
nilainilai sosial yang berbeda dengan masyarakat lain. Demikian juga, setiap individu mungkin menganut nilai-nilai sosial yang
berbeda dengan orang lain. Seperti dijelaskan dalam contoh di atas, masyarakat
kota mempunyai sifat individualistik, sedangkan masyarakat desa cenderung
mengutamakan kebersamaan dan kekeluargaan. Perbedaan itu menunjukkan bahwa kedua masyarakat menganut nilai
pergaulan yang berbeda, contohnya dalam lingkup pribadi. Risna beranggapan,
bahwa setelah lulus SMA nanti, dia lebih baik mencari pekerjaan untuk dapat
menghasilkan uang sendiri, walaupun orang tuanya mampu membiayai dia kuliah,
sedangkan Dewi beranggapan, bahwa meneruskan pendidikan hingga memperoleh gelar
kesarjanaan sangat penting baginya. Perbedaan anggapan dalam hal pendidikan dan pekerjaan antara Risna dan Dewi, menunjukkan keduanya
menganut nilai yang berbeda.
Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
bersumber pada:
1. hukum-hukum alam; suatu masyarakat biasanya
mengambil nilai tertentu pada kejadian-kejadian alam. Misalnya, penebangan liar dianggap hal tercela karena
dapat menyebabkan banjir;
2. kebenaran umum; konsep awalnya sangat sederhana
yaitu lahir dari kondisi alamiah setiap individu dalam masyarakat. Misalnya, dipukul rasanya sakit, maka memukul orang lain bertentangan dengan kebenaran umum;
3. anggapan terhadap kekuasaan tresedental; Individu
dengan segala keterbatasannya pada kondisi tertentu akan mencari kesempurnaan di luar wilayahnya.
Dari sumber-sumber tersebut suatu nilai mengalami
proses penerimaan menjadi nilai sosial. Penerimaan ini terjadi dalam tiga
tahap, yaitu:
1. transformasi; penyampaian informasi ke dalam
tiap-tiap individu anggota masyarakat. Penyampaian informasi dilakukan dengan dua cara yaitu rasionalisasi
dan doktrin;
2. diskusi; proses sosial yang memusyawarahkan
tentang suatunilai. Dari proses ini, melahirkan penilaian apakah suatu nilai sosial diterima atau kebetulan; serta
3. kritik; kondisi sosial yang berubah-ubah memerlukan
kritik untuk menafsir nilai sosial agar sesuai
dengan perkembangan zaman.
Di dalam masyarakat terdapat bermacam-macam nilai
sosial, yaitu nilai rohani, nilai material, nilai vital, dan nilai
perserikatan.
1. Nilai Rohani
Nilai rohani berkaitan dengan penghargaan terhadap
segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai rohani meliputi nilai
keindahan (estetika), nilai kesopanan (etika), dan nilai ketuhanan (religius).
Perwujudan nilai rohani dapat berbentuk ekspresi dan apresiasi seni, kejujuran
sikap, dan ketaatan beragama. Menurut Notonagoro, nilai rohani dapat dibedakan menjadi
empat yaitu nilai estetika, nilai etika, nilai keilmuan, dan nilai religius.
a. Nilai Estetika
Nilai estetika berhubungan dengan ekspresi perasaan
atau isi jiwa seseorang mengenai keindahan.Setiap orang memiliki penghayatan yang
berbeda terhadap keindahan. Ada orang yang penghayatan estetikanya disalurkan
lewat gambar, sastra, arsitektur, tari-tarian, musik dan nyanyian, ukir-ukiran, dan tata warna. Hampir semua aspek kehidupan manusia
diwarnai oleh nilai estetika. Setiap kali membeli tas, buku, dan pakaian baru,
salah satu pertimbangan pilihan Anda adalah keindahan penampilannya. Bahkan,
cara orang berbicara pun tidak terlepas dari unsure nilai keindahan. Simaklah
ceramah atau pidato orang-orang terkenal seperti KH. Zainudin MZ dan A.A. Gym.
Keindahan susunan bahasa membuat ceramah mereka disukai orang, di samping
isinya juga diperhatikan. Nilai-nilai keindahan tidak dapat diukur karena
bersifat relatif dan subjektif. Lain orang lain penghayatan dan penilaiannya.
b. Nilai Etika
Nilai etika adalah segala sesuatu yang menyangkut
perilaku terpuji. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyebutnya dengan
istilah tatakrama atau sopan-santun. Nilai etika disebut juga nilai watak atau
nilai kepribadian. Nilai watak tercermin pada sikap adil, kejujuran, keberanian
bertindak, dan kemampuan mengontrol diri. Misalnya, orang yang menjunjung nilai
watak tidak akan mengingkari janji yang ia sepakati. Ukuran terpuji atau
tidaknya sesuatu, bergantung penilaian masyarakat yang bersangkutan. Secara
umum, perilaku suka menolong dan rela berkorban demi orang lain dianggap
terpuji. Anda akan mendapat pujian dari orang lain, karena telah melakukan
perbuatan yang baik atau mulia. Anda akan dicela orang lain, apabila melakukan
tindakan yang tercela. Hal tersebut menunjukkan, bahwa dalam pergaulan hidup
bermasyarakat ada nilai etika yang berperan mengendalikan perilaku kita. Dalam berbicara,
berpakaian, makan, berlalu-lintas, bertamu, dan perbuatan lainnya, semua
dikendalikan oleh nilai etika.
Perlu diperhatikan, bahwa suatu perilaku yang
dianggap terpuji bagi masyarakat tertentu, belum tentu dianggap terpuji bagi masyarakat lain. Ukuran etika
bersifat relatif dan berhubungan dengan kebudayaan yang dikembangkan oleh
masyarakat bersangkutan.
c. Nilai Keilmuan
Nilai keilmuan tercermin dalam berbagai usaha
manusia mencari pengetahuan dan kebenaran. Misalnya, seseorang yang menyukai
belajar tekun atau mengadakan penelitian, berarti dia menjunjung tinggi nilai
keilmuan. Masyarakat yang warganya menjunjung tinggi nilai ini. Pada umumnya berkembang
dan cepat maju. Walaupun kegiatan pendidikan dan proses belajar ada di dalam
setiap masyarakat, namun nyatanya tidak semua masyarakat sama tingkat kemajuannya. Hal ini disebabkan oleh kadar penghargaan mereka terhadap
nilai keilmuan tidak sama. Pikirkanlah, mengapa bangsa Jepang, Jerman, dan
bangsa Barat mampu menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sementara kita jauh tertinggal?
d. Nilai Religius
Nilai religius berkaitan dengan kepercayaan terhadap
Tuhan. Hanya orang atheis yang tidak percaya akan adanya kekuatan Tuhan. Setiap
agama dan kepercayaan meyakini adanya kekuatan Tuhan. Keyakinan itu berpengaruh
terhadap perilaku manusia. Sehingga, secara umum orang berpedoman pada ajaran-ajaran
yang diyakini berasal dari Tuhan. Tuhan mengajak kepada kebaikan dan
keselamatan. Apabila Anda selalu berbuat baik, suka membantu sesama, tidak menyakiti orang lain, dan patuh menjalankan perintah agama dengan didasari
keyakinan bahwa itu semua akan dibalas dengan pahala dari Tuhan, maka Anda
telah berpedoman pada nilai-nilai religius.
2. Nilai Material
Nilai material berkaitan dengan anggapan masyarakat
mengenai materi atau kebendaan dan kekayaan. Setiap orang memiliki pandangan
yang berbeda terhadap kekayaan, dan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada
di masyarakatnya. Ada orang yang mengutamakan kekayaan berlimpah sebagai ukuran
keberhasilan hidup, sementara orang lain mungkin lebih mengutamakan
keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Menurut Clifford Geerzt, kelompok
masyarakat Jawa yang disebut kaum priyayi memandang rendah nilai materi, tetapi
memandang tinggi nilai kedudukan sosial. Cobalah Anda pelajari lebih lanjut perihal
nilai material yang dianut kaum priyayi Jawa. Dalam lingkup yang lebih luas, nilai
material disebut nilai ekonomi. Nilai ini tercermin dalam sistem ekonomi yang dianut oleh suatu masyarakat atau
individu.
Dalam masyarakat global sekarang ini sedang disepakati
berlakunya sistem pasar bebas. Ini berarti praktik-praktik persaingan bebas (free fight liberalism) dianggap
baik. Negara yang tidak mendukung sistem itu akan diberi sanksi dunia. Dalam
lingkup pribadi, nilai ekonomi tercermin dalam sikap hemat pengeluaran.
3. Nilai Vital
Nilai vital berhubungan dengan penghargaan terhadap
kesehatan dan kebugaran organ-organ tubuh. Kegiatan olah raga dan mengonsumsi
makan cukup gizi mencerminkan nilai vital. Bergaya hidup sehat, tidak
mengonsumsi makanan atau obat-obatan yang merusak vitalitas fisik juga
menunjukkan nilai vital. Di samping itu, kegiatan rekreasi dan mengisi waktu
luang juga dapat menjaga vitalitas tubuh. Oleh karena itu, nilai vital mencakup
pula nilai rekreasi.
Orang yang menganggap penting nilai rekreasi akan merencanakan secara baik
kegiatan rekreasi mereka. Bagi mereka, setelah tubuh digunakan bekerja sehari-hari,
harus diberikan kesempatan beristirahat dan penyegaran kembali (rekreasi).
Sekarang Anda tentu dapat mengerti, mengapa ada orang yang rela mengeluarkan
biaya besar untuk membeli sarana kebugaran. Tempat-tempat rekreasi di luar kota selalu padat dikunjungi orang, terutama waktu hari libur.
Itu semua sebagai cerminan bahwa masyarakat menjujung tinggi nilai kebugaran dan
rekreasi.
4. Nilai Perserikatan
Nilai perserikatan tercermin dalam bentuk kesukaan
manusia mendirikan berbagai organisasi atau kelompok. Di sekolah atau di rumah,
Anda membentuk kelompok bermain yang terdiri dari teman sebaya. Apabila Anda
menyukai bulu tangkis, tentu Anda dengan senang hati bergabung dalam salah satu
klub bulu tangkis dan menjadwalkan latihan bersama pada hari-hari tertentu.
Dalam berbagai bidang kehidupan, orang senantiasa membentuk perserikatan atau
organisasi-organisasi. Di bidang perdagangan ada organisasi dagang, di bidang tani dan nelayan ada kelompok tani dan nelayan, di bidang politik ada partai politik, bahkan ibu-ibu rumah tangga membentuk kelompok-kelompok arisan. Ini semua menunjukkan, bahwa setiap orang menjunjung nilai perserikatan, karena manusia adalah makhluk social (bermasyarakat). Walaupun demikian, kadar penghargaan nilai ini dapat diukur dari cara-cara mereka berserikat, apakah benar-benar mencerminkan nilai dan arti penting dari perserikatan itu atau tidak. Amatilah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di sekolah Anda. Apakah keberadaan OSIS itu asal berdiri secara formal atau benar-benar menjadi sarana bagi siswa untuk belajar berorganisasi?
organisasi-organisasi. Di bidang perdagangan ada organisasi dagang, di bidang tani dan nelayan ada kelompok tani dan nelayan, di bidang politik ada partai politik, bahkan ibu-ibu rumah tangga membentuk kelompok-kelompok arisan. Ini semua menunjukkan, bahwa setiap orang menjunjung nilai perserikatan, karena manusia adalah makhluk social (bermasyarakat). Walaupun demikian, kadar penghargaan nilai ini dapat diukur dari cara-cara mereka berserikat, apakah benar-benar mencerminkan nilai dan arti penting dari perserikatan itu atau tidak. Amatilah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di sekolah Anda. Apakah keberadaan OSIS itu asal berdiri secara formal atau benar-benar menjadi sarana bagi siswa untuk belajar berorganisasi?
Jenis-jenis nilai sosial yang dijelaskan di atas,
bukanlah satu-satunya penggolongan nilai. Anda dapat memperoleh banyak
informasi mengenai berbagai macam nilai sosial dengan mempelajari sumber lain.
Akan tetapi, penggolongan di atas setidaknya cukup mewakili.
Sumber Tulisan : Buku BSE Sosiologi Kelas 10 –
Suhardi Sri Sunarti